Mengisi Hari

Tuhan Karuniakan Akal dan Hati untuk Mendekat Pada-Nya

17.9.06

Menyambut Pagi

Pagi yang tenang. Udara sejuk mengalir masuk membasahi nafas. Kicau burung beterbangan terbawa hembusan lembut. Perlahan langit pun menerang menampakkan keluasan karunia Tuhan pada seluruh manusia. Tuhan telah mengaruniakan pagi untuk manusia.
Di sanalah hari dimulai. Hari yang akan merantai membentuk satu minggu, merantai membentuk satu bulan, merantai membentuk tahun, merantai...merantai menyusun umur hidup manusia. Rantaian panjang yang akan ada pertanggungjawaban di ujungnya. Apa yang melekat pada rantaian, tak satupun terlewatkan. Apa yang pernah ada tak satupun dihilangkan. Robbi haasibni hisaabay yasiroo.
Pagi menyusun mata rantai. Pagi adalah karunia, pagi adalah amanat. Menyambut pagi adalah menyongsongnya. Amanat yang bisa membuat manusia mulia melebihi malaikat. Pun bisa membuat manusia lebih hina dari hewan.
Begitulah pagi, hingga manusia pun menyambut sesuai dirinya. Bagaimana mereka menyambut pagi begitulah jatidiri menjalani hari. Apa yang dilakukan menjelang pagi, itulah cara memandang nilai sebuah hari. Melantunkan Kalam ilahi, karena esok harinya ingin dipenuhi petunjuk. Mempelajari materi ujian, karena ujianlah aktifitas terbesar esok hari. Tidak melakukan apapun menjelang pagi, karena esok hari memang tidak berarti.
Asbahnaa wa asbahal mulku lillahi wal hamdulillaahi laa syarikalah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodiir.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home