Mengisi Hari

Tuhan Karuniakan Akal dan Hati untuk Mendekat Pada-Nya

21.9.06

Okka Memang Selalu Berkesan

Menyambut Orientasi Kehidupan kampus (Okka) 2006 di Universitas Negeri Semarang, buletin Express menyiapkan edisi khusus. Edisi ini memang sudah seperti tradisi. Express edisi Okka memang di setting untuk “latihan terakhir” pada kru magang dan juga ikut meramaikan Okka.

Meramaikan ini pula yang tahun lalu membawa kesan. Panitia Okka FIS mencak-mencak ke kantor redaksi. Tentu, ini sudah di antisipasi tahun ini. Disiplin penulisan, pemahaman permasalahan sampai edit ketat menjadi komitmen bersama seluruh kru redaksi. Pendekatan dan observasi lapangan pun dilakukan para reporter sebelum hari H.

Theng....hari Senin, 28 Agustus 2006 Okka pun di buka di Gedung Gelar Karya depan Rektorat. Siangnya, koordinasi redaksi di buka. Meski kabar mogaknya panitia Okka FIS dan FIP mewarnai rapat, namun tidak dominan. Awak redaksi masih konsentrasi pada tema utama yang kami sepakati, Menelisik Program “Misterius” untuk Masuk Unnes.

Berita panitia mogok karena tidak mendapat tempat adil untuk lomba yel-yel pun kami anggap bukan peristiwa yang pantas menjadi berita besar. Yang justru pantas, seharusnya sikap tidak dewasa atau motivasi apa di balik peristiwa itu. Namun, para redaktur akhirnya sepakat, target utama Express edisi Okka memang untuk para mahasiswa baru peserta Okka. Bukan ajang perseteruan para civitas akademika lama.

Sehingga saat mendengar panitia Okka FIS mau nggeruduk lagi, atau panitia Okka FIP yang datang menuntut klarifikasi Editorial, kami hanya angkat bahu. “Beginilah realitanya, pendidikan jurnalistik kita terhadap warga kampus masih nol besar,” gumanku di ruang redaksi. Bisa dibayangkan, bagaimana pendidikan jurnalistik di tingkat masyarakat yang berlatarbelakang pendidikan beragam. Lha wong, yang mahasiswa, dosen saja masih belum tahu fungsi pers.

Edisi Okka tahun ini, saya memegang Pimpinan Redaksi. Mbak Nia yang sebetulnya menjabat, akhir-akhir tidak aktif. Sebenarnya saya pun sedang Kuliah Kerja Usaha (KKU) di dekat Kopeng kabupaten Semarang. Tapi ketidakaktifan saya saat awal-awal KKU mau saya tebus dengan all out di edisi Okka.

Imbasnya, banyak reporter yang juga all out di lapangan. Reporter Nining di bentak-bentak dan HP Ida diminta panitia Okka di FIS, Fotografer Thoriq hanya boleh mengambil 2 gambar yang disensor panitia di FBS. Sebaliknya reporter di FMIPA dan FT kebingungan karena “mati angin”. Sementara, di FE yang baru pertama menyelenggarakan Okka, reporter dapat “lunjak-lunjakan”. Kelur masuk ruang, bahkan ruang panitia nggak masalah.

Di balik semua itu, ada juga yang menganggap Express tidak berani. Kekerasan fisk dan mental di Okka FIS tidak diungkap secara “memuaskan”. Peserta yang tidak mau melanjutkan Okka karena hari sebelumnya dibentak di ruang tertutup atau yang teman-temannya menggeruduk karena tidak terima perlakuan panitia memang mewarnai. Ada yang ingin itu diekspos ala koran kriminal. Wah berat!

Tapi itulah Okka yang selalu berkesan. Paling tidak teman-teman reporter yang sebentar lagi menjadi anggota merasakan kerja jurnalis memang tidak ringan. Menuntut kedisiplinan sekaligus kreatifitas, semangat mengungkap sekaligus berkepala dingin.

1 Comments:

  • At 3:22 pm, Blogger Admin Blog said…

    Okka tuh Kaka-Dede pikir teman ayah saat SD. Eh, bukan ding. Itu Okta. Salam kenal aja deh....

     

Post a Comment

<< Home