Mengisi Hari

Tuhan Karuniakan Akal dan Hati untuk Mendekat Pada-Nya

7.11.06

Berkah Ramadhan Masih Terasa

Surat Fatihah mulai terlantun dari pengimaman Masjid Ulul Albab. Sejurus kemudian, isak tangis pun terdengan dari barisan jamaah sholat tahajud. Satu dua jamaah bahkan tak dapat menahan hingga ledak tangisnya terdengar sampai luar.

Waktu itu, malam ke 27 bulan Ramadhan 1427. Lebih dari seratus warga muslim menghabiskan sepuluh hari terakhir Ramadhan di masjid kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes). Mengikuti pengajian, dzikir, tilawah dan sholat malam menjadi aktifitas utama. Sahur dan buka puasa pun terlihat lebih bermakna karena dilakukan bersama, diteras masjid.
Ramadhan sudah dua minggu berlalu. Kenangan itikaf Ramadhan tampak masih terlihat di wajah jamaah masjid. Perayaan Idul Fitri di kampung halaman tidak menghapus nuansa penghambaan. Pertemuan dengan keluarga dan teman lama tidak melunturkan keintiman.
Ucapan "Taqobbalallahu Minna Wa Minkum" menjadi sapaan populer di hari-hari awal masuk kuliah. Di masjid, jabat tangan dan peluk persaudaraan menghiasi pertemuan kembali para jamaah. Tak ada jarak di hati mereka, apalagi dendam. Prasangka yang sempat menempel telah luntur.
Padahal aktivitas sebelum Ramadhan pasti banyak membawa luka. Perkataan yang menyinggung perasaan, perilaku yang tak menyenangkan atau prasangka yang tak berdasar. Semuanya seolah menjadi debu yang meredupkan persaudaraan.
Senyum tulus dan sapaan hangat kini melukiskan leburnya debu-debu di antara mereka. Tebaran maaf tergambar jelas di mata mereka. Mungkin, derai air mata Ramadhan lalu yang menjernihkan.
Kini, semua mempersatukan hati karena semua menyadari, iman kepada-Nya yang mempertemukan dan menyatukan. Memang benar, bukankah mencintai atau membenci orang lain harus berdasar petunjuk Allah? Karena bisa jadi, apa yang menurut kita buruk justru yang terbaik menurut-Nya. Begitulah Ramadhan, berkahnya terasa sampai sebelas bulan berikutnya.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home