Mengisi Hari

Tuhan Karuniakan Akal dan Hati untuk Mendekat Pada-Nya

9.11.06

Perbedaan dan Tanggungjawab

Hidup di tengah komunitas pasti tidak akan lepas dari perbedaan. Beda pendapat dan pemikiran senantiasa menghiasi kehidupan. Itu merupakan konsekuensi logis dari perbedaan latar belakang dan karakter seseorang. Begitulah fitrah kita yang tak bisa lepas dari perbedaan.

Kita tidak perlu phoby terhadap perbedaan. Toh, kalau dirunut, ternyata tidak ada dua orang yang sama persis. Dunia justru lebih berwarna dengan perbedaan-perbedaan. Ketidaksamaan justru dapat menghasilkan kombinasi seindah pelangi.
Beda pendapat bukanlah suatu masalah jika kita sikapi dengan keluasan hati. Ikhlas memang bukan mengalah dan mendiamkan sesuatu yang salah. Ikhlas justru berani mengingatkan yang salah dan mengakui kesalahan. Itulah mengapa ikhlas membutuhkan keberanian sejati dengan senantiasa menimbang pendapatnya sendiri. Menimbang dengan jernih dan objektif terhadap pendapat orang lain seperti pendapat sendiri. Begitulah, kita memperlakukan pendapat kita sama adilnya dengan pendapat orang lain. Bukankah semua ilmu milik Allah? Ilmu-Nya dapat diturunkan pada kita secara langsung. Bisa juga melalui fikiran orang lain sebelum sampai pada kita. Bersyukurlah atas ilmu yang diberikan dengan berbagai jalan.
Jalan hidup yang berbeda dalam menyusuri Qur’an dan Sunnah pun tidak harus selalu berakhir dengan lurus-sesat, mu’min-munafik, atau bahkan muslim-kafir. Itu wilayah mutlak Sang Maha Mengetahui. Kita diberi karunia akal dan hati untuk menerjemahkan petunjuk-Nya. Kita menyadari otak yang dikaruniakan kepada manusia sangat terbatas. Dengan bekal ilmu yang sebanyak air diujung jarum diantara lautan, kita diperintah untuk menjalankan ajaran-Nya sesuai kemampuan. Itulah esensi dunia sebagai tempat ujian kehambaan. Tujuan akhirnya adalah Ridho dari Allah, Dzat yang masih menjadikan kita hidup dalam persaudaraan.
Adalah tugas kita mewujudkan Islam sebagai Rahmat bagi seluruh alam yang sarat dengan perbedaan. Mengajak manusia menjalankan fungsi penjaga bumi (khalifah fi al-ardh). Menjauhkan mereka dari sikap merusak, baik terhadap bumi, tatanan diatasnya bahkan perusakan terhadap pemikiran-pemikiran manusia sendiri. Melestarikan dan menjaga alam seisinya sesuai petunjuk pemiliknya. Inilah yang menjadi tanggungjawab manusia. Terlepas manusia mau menyadari dan menjalankan atau tidak, semuanya akan diminta pertanggungjawaban beserta konsekuensinya. Semoga Allah senantiasa melindungi kita. Wallahu ‘alam bis showab.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home