Mengisi Hari

Tuhan Karuniakan Akal dan Hati untuk Mendekat Pada-Nya

31.8.05

Menyadarkan Peran Pers di Masyarakat

Kasus deal panitia Okka dengan beberapa perusahaan tampaknya bukan isapan jempol. Ketua Panitia Okka FIS mengakui bahwa penugasan yang diberikan kepada peserta Okka ada hubungannya dengan sponsorship. FIP bahkan secara terang-terangan menuangkannya ke dalam Juklak Juknis. Terlepas dari motivasi mereka melakukan "transaksi" ini, aktivitas mereka secara nurani tidak dapat dibenarkan.
Juklak Juknis yang dibuat DPM Universitas sendiri tidak dapat berbuat banyak karena tidak menjelaskan apapun terkait "komersialisasi" Okka. Saat sistem tidak dapat berfungsi seperti itu, kehadiran pers dinantikan publik untuk meng-cover. Berita Express Selasa, (30/8) merupakan tanggungjawab pers kampus sebagai lembaga kontrol untuk publik.
Maka tindakan panitia Okka FIS yang mengobrak-abrik kantor redaksi
Express sungguh ironi. "Persetan dengan hak jawab," kata salah seorang dari mereka. Lebih menyedihkan, mereka datang berbondong-bondong berbicara dan bersikap ala preman pasar. Tidak hanya itu, mereka mengobrak-abrik tumpukan buletin dan merampas sisa buletin hari itu.
Lucunya, hak jawab yang dapat mereka gunakan justru tidak mau diambil. Mereka menuntut pernyataan dari redaksi dan permohonan maaf redaksi di depan peserta Okka FIS. Sebelum kembali, mereka pun tak lupa berpesan agar kru
Express "hati-hati".
Memang tak mudah menghadapi publik yang belum memahami pers. Akibatnya yang muncul adalah merasa difitnah yang kemudian ditanggapi dengan mengintimidasi. Ini masih terjadi di kalangan civitas akademika. Mendidik publik memang tugas berat dan panjang, bisa jadi melampaui umur manusia bahkan sebuah generasi. Tapi ini harus dilakukan.
Tolak intimidasi terhadap pers !!!